Penyair Apa Kolektor Sertifikat, Sih?

Oleh Udo Z Karzi

KAGET saya! Beneran . Saya, Bang Edy Samudra Kertagama, dll yang sudah berumur tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan seorang penyair muda kelahiran 2001 yang menyatakan pencapaian lebih dari 300 pujian menulis puisi.

Luar biasa. Masih sangat muda sudah sangat produktif menulis puisi dan yang membanggakan prestasi. Saya ambil kalkulator — soalnya otak sudah mulai lelet — dan menghitung.

Ada 300 penghargaan. Taruhlah si puisi sudah menulis puisi sejak lahir. Umurnya sekarang 21 tahun. Mungkin 20 tahun. Tapi tak apa dianggap saja 21 tahun.

300 dibagi 21 ketemulah angka rata-rata 14,28. Jadi, si puisi muda, dengan asumsi puisi menulis puisi setiap pencapaian pencapaian menulis puisi rata-rata 14 kali.

Sejak kapan si penyair menulls puisi? Sejak umur 5 tahunkah? Kalau begitu, 21 kita kurangi 5 menjadi 16 tahun. 300 dibagi 16 ketemu 18,75. Alhasil, si penyair muda bisa meraih 19 penghargaan menulis puisi setiap tahun. Artinya, setiap bulan mendapatkan 1-2 penghargaan.

Sedap ini. Apalagi kalau setiap penghargaan ada angka rupiahnya.

Saya hanya penasaran pihak mana saja yang sudah bermurah hati memberikan lebih dari 300 penghargaan menulis puisi kepada anak muda ini.

Hei penyair produktif sedunia, kalian putus dengan yang ini.

***

Itu sudah, sekarang memang ada kecenderungan permintaan sertifikat atau piagam menulis meningkat. Sebab, ini zaman sertifikasi. Apa-apa dimintakan bukti formal berupa sertifikat. Ikut jadi peserta lomba, kelas menulis, ikut buku antologi bersama, diskusi, seminar, … apa pun selalu disertai kepesertaan atau partisipasi.

Bagi yang hobi mengumpulkan sertifikat atau piagam, 300 sertifikat – yang dia baca sebagai penghargaan – sebenarnya bukan hal yang mengherankan. Apa lagi sekarang dipermudah dengan e-sertifikat, yang kalau mau bisa diprint  sendiri. Atau kalau memang maniak sertifikat, bisa bikin sendiri. Hahaha….

Di atas semua itu, bukti yang paling nyata adalah karya ( by product ). Tulisan-tulisan yang dibuat oleh jurnalis, puisi, puisi, novelis, esais atau penulis apa pun yang akan berbicara. Tulisan bagus tak harus menang sayembara menulis. Tulisan bagus dan mendapat penghargaan ya alhamdulillah. Yang jadi masalah itu adalah tulisan jelek kok diberi penghargaan. Iya, ini gak  bener  juga.

Okelah sekarang memang zamannya serbasertifikat. Cuma kok ya rajin banget  ngumpulin  sertifikat menulis puisi dan menghitung-hitungnya.

Sebenarntya, niatnya apa ya? Kepengen  jadi penyair atau kolektor penghargaan (sertifikat/piagam) menulis puisi?

Tabik. []

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *