Edison Sang Pengeram Telur

(Bagian 2)

Oleh Doddi Ahmad Fauji

KISAH tentang Thomas Alva Edison, tokoh inspiratif bagi para penemu atau pencipta di bidang teknologi itu, sedari kecil hingga wafat, sudah bertebaran tuturannya di berbagey media publikasi, cetak maupun elektronik. Sudah difilmkan pula, misalnya yang berjuluk ‘The Current War’.

Untuk mengumpulkan data yang akurat, memang butuh studi pustaka yang sangat mendalam. Beberapa tuturan di web, atau kisah yang menyebar lewat share postingan di grup, sesungguhnya perlu dilakukan cross check, agar melahirkan data yang faktual, valid, dan akurat. Dari sekian yang pernah saya baca, tampaknya terdapat kesamaan, yaitu bahwa Edison suka mengerami telor ayam sejak usia dini.

Pada suatu hari, saat Edison mengerami telur, datanglah teman bermainnya, yang merupakan tetangganya. Temannya itu perempuan.

“Edison, kamu sedang apa?” tanya  temannya.

Tanpa merasa malu, karena melakukan hal yang akan dianggap konyol, Edison menjawab, sedang mengerami telur.

“Memangnya telur bisa menetas jika dierami oleh manusia?”

“Ya aku tidak tahu. Makanya aku coba. Nanti kalau sudah dicoba, kukasih tahu hasilnya ya.”

Hingga beranjak remaja, ternyata ujicoba Edison belum memperlihatkan hasil. Tapi ia tidak berhenti ujicobanya itu. Hingga pada suatu hari, ketika ia dipindahkan sekolah, dan jarang masuk karena berhadapan dengan teman-teman baru, juga budaya baru, datanglah teman-teman sekolahnya, kira-kira kelas 5 SD, ke rumahnya, atas suruhan gurunya, untuk menanyakan, kenapa Edison tidak suka masuk sekolah.

“Kami mau bertemu Edison, disuruh oleh guru,” kira-kira, begitulah ucapan perwakilan temannya, yang disampaikan kepada ibunya Edison.

“Coba kalian lihat sendiri, dia ada di belakang rumah!”

Saat teman-temannya melihat, mereka kaget, karena ternyata Edison sedang mengerami telur.

“Kamu sedang apa?”

“Mengerami telur!”

“Memangnya telur bisa menetas dierami oleh manusia?”

“Aku tidak tahu pasti, makanya berkali-kali kucoba. Nanti kalau sudah ujicoba, kukasih tahu hasilnya,” jawabannya itu tak jauh beda, dengan yang ia berikan kepada teman perempuannya waktu kecil.

Ujicoba mengerami telur itu, entah berapa kali ia lakukan. Namun setelah ia dewasa, lahirlah kesimpulan, panas tubuh unggas saat mengerami telur, tidak akan tertandingi oleh manusia.

Hanya untuk mendapatkan kesimpulan yang meyakinkan, Edison BERANI melakukan ujicoba, dan ia tidak pernah mengatakan GAGAL untuk tiap ujicoba yang belum berhasil, melainkan berhasil membuktikan bahwa metode ini tidak bisa dijalankan, atau metode itu, tidak efektif.

Nah, bila kita belum berhasil, beranikah berkali-kali ujicoba sampai mendapatkan kesimpulan? *

Baca bagian pertama: Edison yang Brilian — https://jurdik.id/2022/06/05/edison-yang-brilian/

2 komentar pada “Edison Sang Pengeram Telur

  • Juni 12, 2022 pada 1:07 pm
    Permalink

    Kita bisa menyimpulkan kalo kita mengerjakan sesuatu berulang-ulang tetap gagal, maka cari jalan lain,coba-coba terus, sampai berhasil.
    Mksih tulisan-tulisanya pak, sukses terus

    Balas
    • Juni 12, 2022 pada 7:39 pm
      Permalink

      Ia betul Bu, terus-menerus ujicoba, mencari metode atau cara lain ya, sampai akhirnya berhasil. Kegilaan Edison ini perlu diteladani.

      Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *