Antara Keikhlasan dan Profesionalisme

Oleh Sunu Wibirama (Universitas Gadjah Mada)

Catatan Redaksi: Tulisan ini berupa opini pribadi, namun terasa kontekstual dengan situasi hubungan anatara dunia pendidikan dengan lapangan pekerjaan. Atas seijin penulis, tulisan ini diperpanjang gemanya di sini.

——–

Gambar ilustasi ini ramai sekali, viral di mana-mana dan beredar di grup-grup WA. Fenomena ini sebenarnya tidak hanya terjadi di satu lokasi, tapi banyak pengelola lembaga pendidikan, bahkan perguruan tinggi, masih bingung membedakan batasan ikhlas dan profesional.

Seseorang yang memiliki kemampuan (skill), integritas, dan rekam jejak (track record) dalam pekerjaannya tentu wajar jika ia menjanjikan bekerja secara profesional. Sebagai gantinya, ia berhak untuk mengajukan permintaan berapa besar gaji dan tunjangan/remunerasi yang ia dapatkan, berdasarkan standar yang berlaku.

Jika Anda seorang muslim, coba baca QS. Yusuf. Di surah itu diceritakan bahwa Nabi Yusuf as. melakukan “bargaining” karena ia yakin dirinya adalah orang yang dapat dipercaya (berintegritas/ حَفِيظٌ) dan memiliki kemampuan serta kapabilitas yang mumpuni (عَلِيمٌ). Apalagi beliau sudah terbukti memiliki portofolio (track record) bagus sekali saat melakukan intepretasi mimpi Raja, dan menyelamatkan Mesir dari bencana kelaparan. Integritas dan skill yang mumpuni adalah dua prasyarat wajib bagi pengemban jabatan, terutama pekerjaan yang mencakup hajat hidup orang banyak:
Yusuf 12:55

قَالَ ٱجۡعَلۡنِى عَلَىٰ خَزَآئِنِ ٱلۡأَرۡضِۖ إِنِّى حَفِيظٌ عَلِيمٌ

Dia (Yusuf) berkata, “Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir); karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, dan berpengetahuan.”

Apakah Anda berani menuduh Nabi Yusuf as. tidak ikhlas karena beliau melakukan ”bargaining”? Tentu tidak, dong… kalau Anda lurus pikirannya.

Profesional dalam bekerja itu amalan badan, sementara ikhlas itu amalan hati. Kadar keikhlasan hanya diketahui oleh yang bersangkutan dan Sang Pencipta. Artinya, sebuah kesalahan besar jika Anda mengukur keikhlasan seseorang dengan melihat seberapa besar gaji dan tunjangan yang ia dapatkan. Setiap pekerjaan halal yang dilakukan dalam rangka memenuhi perintah Allah SWT dan Rasul-Nya adalah pekerjaan yang dikerjakan dengan ikhlas, bahkan ketika seseorang meniatkan mencari nafkah yang halal untuk keluarganya—masih dikategorikan memenuhi perintah Allah SWT dan Rasul-Nya:

إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِى بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلاَّ أُجِرْتَ عَلَيْهَا ، حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِى فِى امْرَأَتِكَ
Artinya:

“Sungguh tidaklah engkau menginfakkan nafkah (harta) dengan tujuan mengharapkan (melihat) wajah Allah (pada hari kiamat nanti) kecuali kamu akan mendapatkan ganjaran pahala (yang besar), sampai pun makanan yang kamu berikan kepada istrimu.” (HR. Bukhari no. 56).
Kesimpulan:

1. Ikhlas dan profesionalisme itu dua hal yang berbeda. Seseorang bisa saja tidak ikhlas, tapi tetap profesional bekerja, atau ikhlas tapi tidak profesional dalam bekerja. Yang paling ideal adalah ikhlas dan profesional.
2. Sebaiknya kita tidak menjustifikasi amalan hati orang lain, apalagi menggunakan agama untuk apologi, sebagaimana seseorang yang bekerja secara baik dan profesional, tapi ternyata tidak mendapatkan imbalan yang sesuai, lalu kita sebagai atasan orang tersebut seenak udel mengatakan, “Semoga ikhlas yaa…”

✅ Titipan pesan sponsor 🙏:
Khusus untuk rekan-rekan akademisi, mahasiswa, peneliti yang memiliki latar belakang keilmuan bidang Sosial, Politik, Kebijakan Publik, Geografi, dan Lingkungan, rekan-rekan bisa meningkatkan profesionalisme dalam menulis/riset agar menghasilkan dampak yang signifikan, salah satunya melalui acara “Scientific Writing for Highly Reputable Journals – Batch #4” yang akan diadakan oleh @sciencemind.lab pada 18, 19, 26 Juni 2022. Enam draft artikel (manuskrip) peserta yang topiknya relevan akan memperoleh masukan dari narasumber. Saya juga akan menjadi salah satu moderator tamu di event tersebut. Informasi lebih lengkap, silahkan cek tautan berikut ini ya:
https://web.facebook.com/sciencemind.edu.lab/posts/380572647422169

Tabik, Jogja 17 Juni 2022

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *