Kepada Chairil Anwar
1922, bung terlahir
di tengah negeri berkecamuk perang
Syahdan, bung remaja gelisah
timbun sajak
dalam puisi “Rumahku”
1949, belantara kata dalam ruang puisi mu adalah amunisi penghancur jiwa para penjajah fisik,
hingga bung terbujur kaku
hingga pada waktu subuh yang panjang dan entah sampai kapan
sajak – sajakmu masih bernafas
Syahdan, pada detik terakhir nanti
aku tlah menjadi puisi-puisimu
Aku adalah puisi pada jaman ini
Puisiku berperang
Melawan penjajah angan-angan
Berbaringlah bung di alam kata yang tak pernah fana
Situbondo, pertengahan Juni 2022.
Manfaat Mantaf full
Selamat Succesfull Sedulur