Hujan
Langit mengerlingkan nuansanya
Gumpalan gelombang itu membungkuk
Seperti kapas yang ditekuk
Kamu membelai pipinya diantara kabut dan embun yang menggelayut
Bicaralah,
Meskipun tersamarkan oleh riuh angin
Dia ingin jawaban yang semestinya
Jangan sampai Guntur mendahului dan menakutinya
Semerah itu pipinya ketika kamu mengecupnya
Rintik mulai turun dan membuat daun basah
Kanopi hutan meliuk-liuk, kamu tetap bungkam disampingnya
Sampai rombongan air yang jatuh terburu-buru membuatnya kuyup
Romantik.
Suka.
Pingback: Bionarasi 100 Penulis Terbaik pada Lomba Cipta Puisi 100th Chairil Anwar, Bagian III – Jurdik.id