SANG PRESIDEN IDAMAN
Di sebuah acara seminar politik kebangsaan yang diselenggarakan secara terbatas, seorang konsultan politik ( KP ) papan atas, memberikan kesempatan terlebih dahulu kepada semua peserta seminar untuk mau berpendapat.
Berikut pernyataan-pernyataan pendapat yang berhasil direkam.
KP : “Bapak Ibu, coba sebutkan satu kata saja sebagai kreteria sang presiden idaman versi Bapak dan Ibu untuk masa yang akan datang.”
Peserta Z : “Profesional.”
Peserta Y : “Muda.”
Peserta X : “Lelaki.”
Peserta W : “Cerdas.”
Peserta V : “Merakyat.”
Peserta U : “Nasionalis.”
Peserta T : “Tegas.”
Peserta S : “Perempuan.”
Peserta R : “Kaya.”
Peserta Q : “Berani.”
Peserta P : “Jujur.”
Peserta O : “Akomodatif.”
Peserta N : “Visioner.”
Peserta M : “Ganteng.”
Peserta L : “Berwibawa.”
Peserta K : “Religius.”
Peserta J : “Totalitas.”
Peserta I : “Eksekutor.”
Peserta H : “Humanis.”
Peserta G : “Matang.”
Peserta F : “Amanah.”
Peserta E : “Pemersatu.”
Peserta D : “Bijaksana.”
Peserta C : “Kompeten.”
Peserta B : “Negarawan.”
Peserta A : “Saya idem, Pak.”
KP : “Maksudnya idem apa ya, Bu?”
Peserta A : “Begini maksudnya, Pak. Sang Presiden Idaman itu didukung total oleh partainya, dan juga mendapat dukungan penuh dari partai-partai koalisi, serta mendapat dukungan mayoritas dari rakyat pemilih. Nah, salah satu rakyat pemilih itu adalah saya, Pak.”
KP : “Wow. Ternyata Ibu orangnya pintar, cantik, dan manis pula. Oh ya, Ibu layak nih dapat hadiah khusus dari saya.”
Peserta A : “Terima kasih atas keinginannya memberikan hadiah kepada saya, Pak. Maaf, saya tak bersedia menerimanya.”
KP : “Oke. Saya menghargai prinsipnya, Ibu. Kalau tidak keberatan, kenapa ya Ibu tidak mau menerima hadiah dari saya?”
Peserta A : “Saya hanya mau menerima hadiah dari sang presiden idaman saya saja, Pak.”
KP dan semua peserta seminar : “???”
KS