PPDB
“Bu, kunaon pun anak mah teu kapanggil kanggo daftar ulang?”
Seorang ibu tergesa menghampiriku. Dandanannya cukup meriah, dengan aksesoris emas di jari tangan, pergelangan tangan dan di lehernya.
Saat ini, memang jadwal daftar ulang untuk siswa yang diterima pada PPDB jalur afirmasi.
Wajah ibu itu memerah, peluh menetes dari keningnya. Tangan kiri mengepit map plastik berwarna biru. Terlihat sekali kekhawatiran di wajahnya.
Kupersilakan ibu itu duduk. Nampak beliau tak tenang, duduk menegak, sambil mengipas wajahnya dengan map plastik biru itu.
“Mungkin anak Ibu masuk jalur zonasi,” tebakku.
Ibu itu kelihatan bingung.
Padahal telah kusosialisasikan tentang sistem pendaftaran berulang kali. Mungkin ibu ini tidak hadir!
Ah, aku aku baru sadar, ternyata belum pernah melihat ibu ini sebelumnya.
“Dupi Ibu teh mamahna saha?” kutanya dengan sopan.
“Abi mamahna Ega!” jawabnya cepat. Nama yang asing buatku! Rasanya tak ada murid SD kelas VI yang bernama Ega.
Segera kuteliti nama itu, ternyata tak ada di daftar nama siswaku.
“Eu, dupi putra Ibu daftar ka SMP mana?” kucoba kutanya lagi.
“Ya, ke SMP 27!” katanya yakin.
lho…, gak ada siswaku yang mendaftarkan diri ke SMP itu! Aku membatin. Mungkinkah?
Segera kutanya lagi
“Oh, muhun…dupi putra Ibu ti SD sabaraha?”
“Nya SD ieu, SD 5!” katanya lagi dengan aenal yakin.
He…
“Dupi Ibu nembean ka sakola?”
Ibu itu mengangguk.
“i..iya, Bu. Biasanya dianter neneknya!” suaranya pelan, tak segagah tadi.
Aku mengangguk-angguk maklum.
“Oh, iya,Bu. Kalau SD 5, yang ini gerbangnya!” kutunjukkan gerbang di belakang sekolah kami. SD 7 dan SD 5 memang berdekatan, satu di depan dan yang satu lagi di belakang. Mungkin saking paniknya, Ibu itu tak melihat papan data sekolah.
Ibu itu tampak terkejut.
“Oh, yang itu, ya?” serunya, sambil berdiri.
“Maaf, salah alamat, Bu. Permisi!” katanya lagi sambil buru-buru keluar.
Kuanggukkan kepala.
“Ya, gak apa-apa, Bu. Semoga anak Ibu diterima di SMP yang diinginkan!”
Kutatap kepergiannya, dalam hati aku merasa miris. Seorang ibu baru melangkahkan kaki ke sekolah anaknya, saat anak itu sudah lulus.
Hawatos teuing nya, gara2 dijajap pembantu terus, jnten Bae lepat lebet.
Mantap bu, kintun teras seratanna di jurdik.id kita ini♥️
Muhun, Bu….hehe.
Haturnuhun, Bu Irah kana motivasina….