siapa yang harus menjadi jawab atas kita?
siapa yang harus menjadi jawab atas kita?
semua yang berkendara memasuki telinga. lampu kota berteriak dalam cahaya, terangi gerimis yang basah pada kelopak mata. nasib masih memikul awan dari sebuah angkasa yang lara, mungkin dari langit yang berbeda. koyak dadanya oleh amuk asa. belajar mengindera peta. potpot di taman kota menggonggong bulan pucat di langit muram. masih ada yang terlelap di trotoar, pulas dibuai aroma kota. doa sudah lama mengerak di tiangtiang persimpangan yang selalu sajikan pameran asa pada riuh antara yang berangkat dan yang pulang. udara disesaki cangkokancangkokan kesadaran yang tak tuntas dari almamateralmamater kapital yang mencipta generasi bantal, banal, bahkan binal.
disiapkan abad yang tak peduli adab. etalase pertokoan menertawakan kami yang gigil akan peradaban tuantuan. sebentar hujan menyapa, melengkapi perayaan baju apek di jemuran. bila nasib bicara harga maka gaji bicara angkaangka jenaka yang kerap disangsikan waktu. pagi kita sama rumit kita beda. mari kita tertawakan parodi yang tersaji. acara televisi adalah rekayasa lima tahunan untuk negeri ini. mari membeli masyarakat untuk sebuah negara yang berada di atas neraca yang tak pernah mengerti angkaangka kepada siapa yang harus menjadi jawab atas kita.
2015
Pingback: Bionarasi 100 Penulis Terbaik pada Lomba Cipta Puisi 100th Chairil Anwar, Bagian II – Jurdik.id