AIR MATA SENJA
Puisi Eko Saptini | Kepala SMKN 8 Kab. Tangerang, Banten
Ketika senja kian dekat
raga niscaya makin renta
tak lagi dapat duduk bersahaja
di sudut ruang itu
Dari balik punggungnya
yang tampak mulai payah
kadang kudengar desah resahnya
Pada bibir yang sarat gurat getir kehidupan
kadang ada lisan yang coba ia tahankan
Tapi aku tahu
ada bongkahan rindu membatu
yang ingin ia pecahkan
namun disembunyikan jauh di dalam
hanya perlahan berpendaran
menjelma serpihan kata
Aku sering bertanya dalam diam
berapa lama ia akan bertahan
pada rindu yang sunyi itu?
Kesalku mendera pada rindu
yang dinantikannya nun jauh di entah
Di ambang batas gundah
kupecahkan suara diamku
menjelma suara berdentingan
yang merasuk kalbu
yang mengharu biru
Kini bibirnya bergetar
terbata-bata lantunkan kidung rindu
yang diabaikan siapapun
Kini bongkahan rindunya perlahan terkikis
terciptalah lekukan sungai air mata senja
Kini ia tak bisa sembunyikan lagi
jika dirinya adalah pemilik air mata rindu
di sungai senja
Hanya saja
aku masih tak berdaya
menyuguhkan rindu yang ia inginkan
karena ia masih enggan mencabut kerikil
yang menyumbat anak sungai rindu miliknya
Sepatan, 23 Oktober 2017
Puisi di atas, termuat dalam antologi tunggal puisi Ekso Saptini berjuluk Air Mata Senja, urutan kedua dari daftar isi puisi. Terbit tahun 2019 oleh Penerbit SituSeni. Kontak SituSeni pada WA: 0813.2093.0213