CATATAN SEBUAH KOTA
Karya Ace Sumanta
Tak terasa perjalanan panjang tertinggal jejaknya
Langit membuka warna warni kehidupan
Ibarat minyak wangi menebar tak mengenal lelah walau sampah pun didakinya
Apalagi Demak sebagai warisan purba
Terbaca pelbagai pristiwa masa silam.
Kota para raja siaga seperti infantri menelusuri kota mencari makna
Membuka keloka sebagai simbol dari reruntuhan tersisa
Dengan catatan purbanya
Menyimpan senyum yang bermakna
Di antara kota-kota membaca kehidupan dirinya
Siluet masa silam
Terhampar keberkahan dalam bayangan api kegersangan
Tetap senyum itu menebar seantero, dengan kuku-kukunya terhunjam
Tatkala para malaikat membasahi bumi Demak dengan doa-Nya tersimpan
Untuk menjadi kesimpulan sebuah makna.
Kelam semakin jauh kota lari dari bibir pantai selat khatulistiwa
Tak ada lagi dendam dari kota-kota raja
Kini seirama nafas di tengah perbedaan tercatat di prasasti
Kota ini telah melahirkan anak negeri penuh mimpi
Dari ragam peristiwa membuat ikatan batin
Cinta abadi sebagai saksi.
(Bogor, 12 Oktober 2021)
CATATAN SEBUAH KOTA
Karya Ace Sumanta
Tak terasa perjalanan panjang tertinggal jejaknya
Langit membuka warna warni kehidupan
Ibarat minyak wangi menebar tak mengenal lelah walau sampah pun didakinya
Apalagi Demak sebagai warisan purba
Terbaca pelbagai pristiwa masa silam.
Kota para raja siaga seperti infantri menelusuri kota mencari makna
Membuka keloka sebagai simbol dari reruntuhan tersisa
Dengan catatan purbanya
Menyimpan senyum yang bermakna
Di antara kota-kota membaca kehidupan dirinya
Siluet masa silam
Terhampar keberkahan dalam bayangan api kegersangan
Tetap senyum itu menebar seantero, dengan kuku-kukunya terhunjam
Tatkala para malaikat membasahi bumi Demak dengan doa-Nya tersimpan
Untuk menjadi kesimpulan sebuah makna.
Kelam semakin jauh kota lari dari bibir pantai selat khatulistiwa
Tak ada lagi dendam dari kota-kota raja
Kini seirama nafas di tengah perbedaan tercatat di prasasti
Kota ini telah melahirkan anak negeri penuh mimpi
Dari ragam peristiwa membuat ikatan batin
Cinta abadi sebagai saksi.
(Bogor, 12 Oktober 2021)
DOA PARA AULIA
Karya: Ace Sumanta
Tak hanya tasbih dari bongkahan masa kelam
Dedaunan pun bisa menjadi peralatan perang setelah berlipat ganda doanya
membekas
Doa panjang para aulia
Perempuan-perempuan Jawa telah menyatu dengan saudaranya dari leluhur Sunda
Mengikat tali asih asah dan asuh
Mengangkat tongkat sebagai peristiwa peperangan berakhir.
Kini bahu membahu mencari catatan tersisa
Tulisan Sang Bijak tersimpan di hutan kelam
Huruf-hurufnya tak pudar walau terkubur sekian abad silam
Semakin memerah dari hamparan tanah emas
Takkan terlupakan di peta kehidupan
Huruf-hurufnya membuka aura kembali.
Nuranimu para aulia
Tegap berjalan ikhlas saling memapah mendirikan kubah dari pancangan sisa
perang
Bermakna kehidupan yang luas untuk saling berhadapan.
Berjuta suara menggema
Di bumi Demak tak berujung terasa
Bahkan seperti lirik-lirik tereja rapih
Membentuk notasi yang mendamaikan
Menuju puncak suara azan terdengar
Kembali bersama pecahan langit
Debunya tak mesti dilumat bumi
Sudah tercuci dari jubah-jubah para santri
Menguatkan negeri.
(Bogor, 13 Oktober 2021)
MEMETIK MAWAR MENGGENDONG JAMU
Karya: Ace Sumanta
Sudah terbiasa senyum mengalir
Seiring sungai-sungai pinggiran kota menepi
Perempuan memantik tanah kelahiran berangkat migran untuk bertemu senja hari.
Anak-anak kan melepas dengan lambaian lentik jemari
Ibarat penari menyudahi pentas di altar panggung bergema
Begitu juga tatkala senja tiba
Keramaian kota kembali bergeliat saling bercumbu.
Sanggupkah bertahan?
Tak mesti harus berlari dari budaya masa lalu
Berpijak pada krikil-krikil basah
Di tepian sungai abadi
Para ibu telah meluapkan rasa lelah
Seharian berjalan memayungi saling membahu
Tak juga harus mengumpat apalagi sempoyongan menyesali sepanjang jalan.
Kehidupan itu berat nak!?
Penuh tanya hingga rambut kepala beruban sebelah
Namun, akselerasi jalan harus ditempuh tak tergoda bayang
Lepas cinta berbagi antara beban dan tanggungjawab
Ketika pulang senja
Burung-burung manyar bersuara
Lepas melepas rindu
Di tangannya menggenggam harapan
Si ibu menemui bangku pojokan
Melonjorkan kaki membaca Nusantara
Kelak merdeka, anak-anaknya kan menikmati lelahnya perjuangan.
(Bogor, 14 Oktober 2021)
ACE SUMANTA, kerap panggilan akrabnya Raden Ace. lahir 13 Februari 1966, mungkin takdirnya berakhir menjadi sastrawan- budayawan. Karyanya telah tersebar di ratusan buku-buku antologi buku puisi. Begitu juga suaranya sebagai pengisi acara, baik di radio maupun meja pembahasan gotrasawala. Ketua Umum Yayasan Satya Citra Indonesia dan pengurus banyak organisasi.
Email: radenacesumanta@gmail.com | WA/Hp: 085714737637.
Alamat: Kp. Nagrak RT 02 RW 05 Desa Cijujung Kec. Cibungbulang Kab. Bogor, Jawa Barat 16630.