MAMPIR  KE  BUDAPEST

Oleh: Indiana Mercy

Bagian I:

Sudah lama  saya ingin mengunjungi kota cantik yang bernama Budapest, tapi belum juga  kesampaian. Mumpung kali ini saya berada di Wien cukup lama, maka saya memutuskan pergi ke sana bersama sahabat saya.  Sebelum  ke sana sudah pasti kami harus  mencari penginapan via internet.

Dapatlah Fifteen Boutique Hostel yang terletak di Szell Kalman Ter 15. Harga permalamnya 125 Euro.  Kamar itu diperuntukkan 3 orang. Jadi cukup besar untuk kami berdua.  Dan untuk transportasi kami memilih naik bis bukan kereta.  Karena kebetulan juga ada harga promo untuk flix bus yang lumayan murah, dari Wien ke Budapest per-orang hanya 20 Euro pulang pergi.

FLIX BUS YANG NYAMAN

Tibalah hari  yang ditunggu. Pagi-pagi kami sudah siapkan bekal minuman dan cemilan buat diperjalanan. Karena hanya 2 hari 3 malam kami backpacker-an aja.  Dari Wien kami menuju  stasiun bis di Erdberg.  Stasiun bis antar negara ini  agak kumuh dan gelap. Karena berada di bawah jembatan.  Penampilan orang-orangnya pun kelihatan beda.

Kata sahabat saya, mereka kebanyakan orang-orang dari Eropa Timur seperti Hongaria, Serbia, Kroasia, dan Rumania.  Karena suasana di stasiun seperti agak menakutkan, kami buru-buru naik bis dan menunggu di dalam bis saja.

Flix bus  sangat nyaman. Ada toilet di belakang. Jendela bis sangat besar sehingga kami bisa leluasa melihat pemandangan di luar.  Supirnya juga rapi dan chic seperti bintang sinetron. Perjalanan dari Wien ke Budapest ditempuh dalam waktu 3 jam 20 menit.  Karena ini perjalanan antar negara,  paspor tetap harus dibawa. Karena bisa saja ada pemeriksaan di perbatasan.

 

LOST IN TRANSLATION

stasiun Szell Kalman Ter

Tanpa terasa kami tiba di stasiun bis Nepliget di Budapest.  Turun dari bis saya seperti disergap rasa asing.  Tulisan dan bahasanya tak ada yang kami mengerti. Kami  baru menyadari  saat itu benar-benar lost in translation.  Bagaimana kami bisa sampai ke penginapan?  Naik trem nomor berapa? Turun di mana?  Beli tiketnya bagaimana?

Kami pun mencari pusat informasi. Seperti anak yang kesasar, kami bertanya sana-sini, tapi tak ada yang bisa menjawab dengan bahasa Inggris.   Tapi untunglah tiba-tiba ada malaikat penolong datang menghampiri kami, seorang pria muda  mengantarkan kami ke pusat informasi.

Bukan hanya itu dia juga memberitahu cara membeli tiket trem di mesin ATM. Selain itu dia juga memberi tahu trem nomer berapa yang harus kami naiki dan turun di mana, sambil menunjukkan peta dalam brosur. Rasanya lega sekali.

Trem di Budapest

Seperti diketahui trem di Budapest adalah bagian dari sistem angkutan massal Budapest. Jalur trem berfungsi sebagai tulang punggung terpenting ke dua dari sistem transit (setelah jaringan bus). Membawa hampir 100 juta lebih banyak penumpang setiap tahun daripada Metro Budapest.

Sistem angkutan di sana ternyata tidak ribet.  Dengan bermodalkan peta kami bisa langsung lancar jalan naik trem maupun bis di sana. Naik trem dari stasiun bis Nepliget ke tempat penginapan untuk sekali jalan 1.50 Euro (mata uang Hongaria, Forint).  Dengan sekali ganti trem sampailah kami di Fifteen Boutique Hostel yang letaknya sangat strategis. Dekat dengan stasiun trem.

Fifteen Boutique Hostel

FISHERMEN’S BASTION YANG MEMESONA

Hostel tempat kami  menginap sangat cozy.  Rumah  lama tapi sangat terawat.  Dari situ kami cukup berjalan kaki menuju  tempat destinasi wisata yang banyak dikunjungi pelancong yaitu Fishermen’s Bastion.

Fishermen’s Bastion

Benteng Nelayan ini sangat keren. Dibangun antara tahun 1895 dan 1902 oleh arsitek Frigyes Schulek.  Di dalamnya ada Gereja Mathias yang sangat masyhur.  Di dalam benteng ini kita bisa menyaksikan bangunan-bangunan cantik yang bersejarah.

Fishermen’s Bastion

Dari tangga lebar dan seremonial menuju Fishermen’s Bastion menyediakan  pintu masuk yang dramatis ke Castle Hill dan kita bisa menyaksikan pemandangan sisi  kota Pest yang indah.

 

Biodata Penulis:

Indiana Mercy

Lahir di Semarang, 29 Januari. Pendidikan, Prodi Indonesia FIB UI. Pernah bekerja di In-house Magazine dan Advertising Agency Worldwide. Puisi-puisinya pernah dimuat dalam antologi antara lain: Melacak Jejak, Sajak-Sajak Kopi, dan Alam Sejati.

One thought on “MAMPIR  KE  BUDAPEST

  • Juli 28, 2022 pada 8:39 pm
    Permalink

    Tulisannya memikat dan informatif. Kota yang rencananya hendak kukunjungi sambil mengikuti Festivale du Ambasade pada 2015, sayang kepesertaannya tertangguhkan.

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *