Surga Ada di Rumahmu

Oleh: Ngesti Budi Lestari, S.Pd

Produksi:
Mizan Production, Nava Production, Smaradhana Pro
Sutradara: Aditya Gumay
Producer: Avicenna Soebli,Nadjmi Zen.

Pemain: Elma Theana, Husein Alatas, Ustadz Al-Habsyi, Nina Septiani, Zie Ze Shahab

Sinopsis:
Kisah ini diawali dengan seorang anak yang bernama Ramadhan (diperankan oleh Husein Alatas) yang tinggal di tepi sungai Musi Palembang. Saat itu Ramadhan masih kecil dan seperti kebanyakan anak lainnya. pulang sekolah, di sore harinya pergi ke surau untuk mengaji.

Ramadhan adalah anak yang cerdas dan memiliki bakat yang luar biasa sebagai seorang da’i kecil. Tetapi cita-cita awal Ramadhan ingin menjadi artis yang terkenal. ayah Ramadhan bekerja sebagai pedagang dengan membuka sebuah kedai atau warung makan di sekitar sungai Musi, ibunya seorang penjahit rumahan. Ramadhan memiliki satu orang kakak perempuan Rania namanya dan seorang adik Raihan namanya. Ramadhan memiliki seorang sahabat bernama Naila. Ramadhan dididik dalam lingkungan agama yang taat.

Pada suatu hari ketika Ramadhan diminta ibunya untuk mengantarkan jahitan ke salah satu pelanggannya, awalnya Ramadhan enggan untuk pergi, ketika Naila sahabatnya datang ke rumahnya dan ibunya meminta tolong kepada Naila untuk mengantarkan jahitan ke pelanggannya, akhirnya Ramadhan menemani Naila. Di perjalanan mengantarkan jahitan, Ramadhan diejek oleh kawan-kawannya, akhirnya terjadilah perkelahian. Kemudian ayahnya mengirimkan Ramadhan untuk bersekolah di pesantren. Disinilah titik awal Ramadhan diasah bakatnya. Ramadhan oleh ayahnya dititipkan di pesantren Haramain milik kakaknya yang bernama Ustadz Attar. Di sana Ramadhan serta banyak santri lainnya menimba ilmu agama dan ilmu pengetahuan lainnya.

Di pesantren, Ramadhan memiliki beberapa teman-teman; Abdul yang hobinya makan, Fauzan si pemain biola, Agus yang ingin jadi artis. Ke manapun mereka pergi, Ramadhan dan ketiga sahabatnya selalu bersama. mereka tumbuh dan besar bersama di pesantren. Pada suatu hari, ketika semua anak-anak pesantren diminta untuk tidur siang, Ramadhan dan teman2nya pergi ke kedai untuk sekedar menonton televisi, akhirnya mereka ketahuan oleh para pengurus pesantren.

Ramadhan dan teman2nya dihukum oleh pemilik pesantren untuk ceramah di malam hari di sebuah pekuburan. Setelah itu Ustadz Attar meminta kepada para guru pesantrennya untuk menugaskan Ramadhan, Abdul, dan Agus untuk setiap harinya mereka berceramah di tempat yang berbeda-beda seperti; di pasar, warung, pohon, dan di jalan.

Seiring berjalannya waktu, bakat Ramadhan kecil sebagai ustadz sudah terlihat. Pada suatu hari ketika malam telah tiba, pemilik pesantren ustadz Attar sedang memeriksa kamar-kamar para santri. Ustadz Attar mendapati beberapa kamar santri kosong. Keesokan harinya pemilik pesantren memanggil satu persatu anak-anak yang tidak ada di kamar mereka. Ada beberapa anak-anak yang diminta untuk maju ke depan kelas, di antaranya Fauzan, Redhi, Ramadhan dan Agus.

Masing-masing dari mereka menyebutkan alasannya kemana mereka pada malam harinya. dan satu persatu mereka dihukum oleh ustadz Attar. Kemudian setelah ustadz Attar menghukum mereka, Ustadz Attar mengkonfirmasi masing-masing siswa pesantren yang dihukum itu. Di sinilah ustadz Attar merasa bersalah dan menyesal telah menghukum Ramadhan hanya karena ingin mendengarkan ceramah Ustadz-ustadz terkenal di TV kampung sebelah. Kemudian ustadz Attar meminta maaf kepada Ramadhan dan Agus.

10 tahun berselang setelah peristiwa itu, Ramadhan mengabdikan dirinya sebagai guru di pesantren tempat dia menimba ilmu. Selain ilmu agama, Ramadhan juga menguasai ilmu bela diri. Pada suatu hari pesantren tempat Ramadhan menimba ilmu dan mengajar kedatangan artis dan pemain lainnya yang sedang syuting film di tempat mereka. Ada seorang artis Kirana namanya, dan salah seorang produser menawarkan Ramadhan untuk menjadi figuran dan memberikan kartu nama kepada Ramadhan agar dia mau mengikuti casting di Jakarta.

Keinginan untuk menjadi seorang artis timbul kembali, dengan dorongan dari kedua sahabatnya Agus dan Abdul serta dari restu kedua orangtuanya. Saat pesantren liburan, Ramadhan berangkat ke Jakarta bersama dengan kedua sahabatnya untuk mencoba peruntungan sebagai artis. Mereka bertiga datang ke sebuah Production house untuk mengikuti casting film laga, tapi apa mau di kata, ternyata castingya diundur 3 hari lagi.

Sementara mereka menunggu waktu casting, mereka bertiga mengunjungi sebuah masjid dan bermaksud untuk menginap di sana. Secara kebetulan, mereka bertemu dengan salah satu pengurus masjid. Pengurus masjid membolehkan mereka menginap sambil meminta mereka untuk membersihkan masjid dan mengajarkan anak-anak mengaji. Sementara di kampungnya ibunda Ramadhan sedang jatuh sakit. Ikatan bathin antara ibu dan anak tidak bisa dibohongi. Ramadhan berusaha menelepon ayahnya dengan bantuan hp temannya Agus.

Di malam harinya Ramadhan bermimpi melihat ibunya sedang sakit dan Ramadhan pun terbangun dari mimpinya, dia teringat pada ibunya. Tak berapa lama terdengar rintihan seorang anak, menangis dan meratapi nasibnya ditinggalkan oleh kedua orangtuanya akibat kecelakaan. Anak ini yang meminta kepada Allah agar kedua orangtuanya dihidupkan kembali dan dia berjanji untuk menjadi anak yang berbakti, ini menyadarkan dan mengingatkan Ramadhan akan kedua orangtuanya. Akhirnya Ramadhan memutuskan untuk pulang ke Palembang. Dan menjadi guru di pesantrennya. Ramadhan meninggalkan impiannya untuk menjadi artis, tapi Ramadhan tidak menyesali keputusannya itu. Inilah awal mula Ramadhan meningkatkan ilmu agamanya dan memulai karirnya sebagai seorang penceramah, hingga akhirnya Ramadhan menjadi ustadz yang terkenal dan berceramah di televisi nasional.

Film ini mengandung makna tentang bakti seorang anak kepada kedua orangtuanya. Di manapun kita berada dan bekerja, kita sebagai anak tetap harus menomorsatukan kedua orangtua kita. Ridhonya kedua orang tua adalah ridhonya Allah. Dan murkanya kedua orang tua adalah murkanya Allah.

 

Jurdik.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *