AKU CINTA PADA-MU (7) DAN UPAYA PENULISANNYA

AKU CINTA PADA-MU (7)

Puisi Doddi Ahmad Fauji

Engkau di seberang, janganlah cemas
di benua lain, tak jauh dari hati-mu
aku tengah memintal benang-benang kesetiaan
jika usai kurajut sebuah mantel
akan kupaketkan kepada-mu
kenakanlah sebagai jubah kebersamaan kita

Cinta kita makin berjarak, makin membara
menyulut kerinduanku hingga berkobar-kobar
jika di tengah kegelapan

kau melihat selubung cahaya
itulah pelita yang memancar

dari kedalaman cintaku

2004

 

Pendahuluan

Puisi di atas saya tulis di kisaran tahun 2003, dan dinyatakan final pada 2004. Ada beberapa puisi yang saya tulis, sebelum difinalkan, saya bertemu Sutardji Calzoum Bachri, di Galeri Cipta II, Taman Ismail Marzuki, TIM, pada perhelatan sastra. Bang Tardji, demikian saya sebagaimana yang lain menyapanya, mengatakan puisi yang saya tulis, bagus. “Kalau saya masih di Redaktur di Kompas, ini akan saya muat.”

Sekira tahun 2018, saya menjapri Bang Tardji, dan menanyakan, kenapa makin banyak puisi afektif yang dimuat di koran, kehilangan daya gugah rasa, dan lebih banyak meneror pikiran, yang membuat pembacaan puisi, akan menghabiskan waktu, karena memusingkan untuk menangkap pesan-pesan yang disalurkan di dalamnya. Bang Tardji menjawab, “tak usah hiraukan puisi koran, kau lebih paham puisi.”

Jika di koran banyak puisi yang kehilangan rasa (kognisi), di sosmed utamanya facebook, justru kebalikannya, lebih banyak puisi yang diposting dengan ngagugulu rasa dan kurang pertimbangan afeksi (pikiran).

Saya memandang, bahwa kedalaman puisi itu harus bisa memancarkan unsur kognisi dan afeksi secara balance, berimbang antara olah rasa dan olah fikir. Hanya mengutamakan rasa, akan jatuh pada nuansa melankolis yang menghawatirkan, ibarat menonton orang berjoget meriah dengan iringan lagu dangdut yang liriknya sedih. Entah dari mana mulanya, lirik-lirik dalam lagu dangdut kebanyakan bertema kemurungan, namun sering kali dinyanyikan sambil senyum-senyum ceria. Terlalu mengolah afeksi tanpa pertimbangan kognisi, puisi akhirnya mirip teka-teki, dan puisi seperti ini memang kurang peminatnya, sebab orang harus bersusah-susah mengapresiasinya, sementara hidup saja sudah susah bagi 80% warga negara Indonesia. Maka karena itu, saya tulis puisi seperti di atas, yang meskipun kata banyak seniman, biarkan karya yang bicara, saya ingin menyampaikan pertanggungjawaban proses kreatif racana penciptaannya.

Proses Kreatif

Puisi Aku Cinta Pada-mu (7), saya tulis untuk Meiliani, gadis campuran Filifina (Ibu) dan Prancis (Ayah). Aneh sungguh, wajahnya malah mirip blasteran China – Jawa. Ia menyelesaikan SMA di Don Bosco Jakarta, lalu mengambil kuliah di Australia Barat. Kami terhubung lewat Yahoo Mesenger, Ketika saya rajin melakukan wawancara tertulis untuk orang Indonesia di luar negeri, untuk kebutuhan laporan jurnalistik. Tokoh yang pernah saya wawancara lewat YMS adalah Arief Budiman (alm, kakaknya So Hok Gie) yang tinggal di Australia. Ada banyak mahasiswa yang saya tanya, mengenai suka duka sekolah di luar negeri, termasuk bagaimana menjalani kehidupan sehari-hari. Termasuk buruh migran di Saudi dan Hong Kong, sering saya wawancara. Pada kisaran tahun 2.000 – 2007, YMS cukup diminati orang Indonesia di luar negeri.

Engkau di seberang, janganlah cemas/ di benua lain (dalam diri), tak jauh dari hati-mu/ aku tengah memintal benang-benang kesetiaan/ jika usai kurajut sebuah mantel/ akan kupaketkan kepada-mu/ kenakanlah sebagai jubah kebersamaan kita

Cinta kita makin berjarak, makin membara (karena ingin sering bertemu tapi terpisah jarak), menyulut kerinduanku hingga berkobar-kobar/ jika di tengah kegelapan/ kau melihat selubung cahaya/ itulah pelita yang memancar/ dari kedalaman cintaku.

Puisi di atas, tampaknya cukup jelas, terang, dan tak perlu diperjelas lagi. Meiliani kan berada di Australia, namun komunikasi seusai wawancara, malah berlanjut. Sosmed kadang mempertautkan dua rasa, karena mungkin ada kesamaan biosfer, yaitu zat ciar dalam tubuh, yang mengahsilkan aura magnetik, yang bisa membuat dua manusia bisa saling tarik atau saling tolak. Biosfer bisa memancar lewat kata-kata, lewat sesuatu yang disebut syair atau puisi.

Maka dari jauh, kutulis pesan, agar ia tidak usah cemas, sebab tak jauh dari hati-mu, aku tengah memintal benang-benang kesetiaan. Jika benang itu usai kurajut menjadi mantel, akan kukirimkan kepada-mu, dan kenakanlah, sebagai jubah kebersamaan kita.

Kejelasan dalam menuliskan amanat (pesan), logika Bahasa dan logika cerita, akan membuat puisi menjadi lebih mudah dan terarah untuk dituliskan. Peun.

AhmadFauji

2 komentar pada “AKU CINTA PADA-MU (7) DAN UPAYA PENULISANNYA

  • Oktober 24, 2022 pada 8:00 am
    Permalink

    Duh emang akang yang satu ini, memang benar-benar markotop, top,top. Kpn ya aku bisa membuat puisi seindah ini

    Balas
  • Oktober 26, 2022 pada 12:54 pm
    Permalink

    Indahnya puisi ini! Tentunya Meiliani akan tersanjung hingga jauh ke awan bila meresapi puisi ini. Kereeeen King DAF 👍👍👍🙏

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *