AKROSTIK, Seluk Beluk dan Petunjuk Penulisannya
Oleh Doddi Ahmad Fauji
AKROSTIK TEMATIK BERKAIT
A. Akrostik
Dari beberapa referensi diketahui, puisi akrostik sudah lumayan tua usianya, dan secara etimologi, berasal dari bahasa Latin (leluhur bahasa Prancis), tapi ada juga yang berasal dari bahasa Yunani, leluhur para pembuat istilah. Asal kata dari Latin yaitu ‘Acrostiche’, dan asal kata dari Yunani adalah ‘Akrostichis’. Dalam beberapa literatur, hingga jaman pertengahan, puisi umum pun terkadang diberi istilah akrostik.
Akrostik adalah salah satu jenis puisi klasik yang terikat, yang bersifat naratif dan deskriptif. Ikatan dalam akrostik terdapat pada keharusan menyusun larik (baris), yang kata pertama dalam larik tersebut, harus diawali oleh hurup yang tersurat dalam Judul akrostik. Bila tiap kata pertama pada tiap larik itu disusun secara vertikal dari atas ke bawah, akan terbaca sebagai Judul akrostik tesebut. Amat jarang ada puisi akrostik membuat susunan vertikal dari bawah ke atas, misalnya ALISACNAP yang merupakan kebalikan dari kata Pancasila. Selalu akrostik itu dari atas ke bawah, walau boleh saja ditulis dari bawah ke atas, sehingga menjadi akrostik terbalik.
Selain menyusun larik/baris dengan keharusan di atas, ada satu lagi keharusan berdasarkan acuan akrostik klasik, yaitu kata-kata yang dituangkan, harus mencerminkan syariat, atau mencerminkan hakikat sesuatu yang dibuat akrostik itu.
Apa yang disebut SYARIAT, sudah cukup terang-benderang pengertiannya, yaitu merujuk pada fisik, keadaan, atau arti leksikon seperti yang tertera dalam kamus. Sedangkan apa yang disebut HAKIKAT, bisa merujuk pada penjelasan tentang makna di balik makna, sifat, karakter, atau fungsi sesuatu yang diakrostikkan.
Contoh akrostik, kita ambil kata kerbau. Secara syariat, kerbau adalah bintang berkaki empat yang bertubuh besar, masuk ke dalam jenis mamalia. Secara hakikat kerbau adalah mahluk yang bermanfaat, karena dapat disembelih untuk dimakan dagingnya, atau dapat diperjakan untuk membajak sawah dan menggerakkan mesin tradisional.
KERBAU
Karena tubuhmu yang kuat
Energimu dapat dimanfaatkan para petani
Rebahlah gugus tanah karena dibajak
Bertani pun lebih mudah dengan hasil melimpah
Anugrah terindah dari besar dan kuat tubuhmu
Untuk kemanusian, untuk kehidupan.
Coba cermati kata per kata, bukankah memaparkan hakikat kerbau? Penggambaran kerbau di atas, lebih tampak dari sisi fungsi, manfaat, atau hakikat kerbau, namun bisa juga akrostik itu menggambarkan syariat dari kerbau, misalnya seperti di bawah ini:
Kakinya empat dan kukuh
Erangannya terdengar pilu
Rampus makannya
Badannya besar sungguh
Akan tetapi kau nurut bila dicocok hidung
Untuk membajak sawah, kau memang tanguh
Mencermati contoh di atas, maka membuat akrostik itu bukan sekedar membeberkan kata sesuai urutan hurup dari sesuatu yang dibuat akrostik, tapi harus mengacu pada syariat atau hakikatnya.
B. Akrostik Tematik Berkait
Akrostik Tematik Berkait, yang diselenggarakan dalam kelas belajar Komunitas Guru Penulis Jawa Barat (KGPJB), bekerjasama dengan Komunitas Guru Kreatif Nusantara (GKN), disusun dan dirumuskan dengan tujuan agar menjadi tantangan bari para penulis untuk lebih merenungkan syariat dan hakikat sebuah pengertian/kata, yang merupakan bekal penting bagi para penulis. Adalah naif bagi seseorang yang bercita-cita hendak menjadi penulis, namun ia tidak mengerti arti dan maka sebuah kata. Memahami arti leksikal sebuah kata atau pengertian, merupakan keharusan bagi seorang penulis.
Selain tujuan tersebut di atas, tentu terdapat harapan bahwa penulisan puisi Akrostik Tematik Berkait ini, dapat merangsang daya pikir, imajinasi, serta kreativitas para penulis. Tantangan ini, akan dengan sendirinya mengajak para penulis untuk rajin mencari sononim atau antonim sebuah kata.
Ketentuan dalam menulis puisi Akrostik Tematik Berkait dalam kesempatan ini, adalah seperti di bawah ini.
1. Akrostik hanya terdiri dari satu kata.
2. Tiap kata dalam tiap larik, harus mengacu pada syariat atau hakikat sesuatu yang dijadikan akrostik.
3. Tema akrostik dibagi ke dalam tiga rumpun, yaitu rumpun flora (tumbuhan), rumpun fauna (binatang), dan rumpun manusia.
4. Kata yang dimaksud, harus mengacu pada kata benda (nomina), dan bukan kata kerja (verba), kata sifat atau keterangan (ajektiva).
5. Isi akrostik, selain mengacu pada arti atau makna kata yang diakrostikkan, juga harus dikaitkan dengan ‘thmefaq’ atau cantelan tema.
6. Tema flora harus dikaitkan dengan cantelan nilai relijius.
7. Tema fauna harus dikaitkan dengan cantelan nilai sosial.
8. Tema manusia harus dikaitkan dengan cantelan nilai amour atau cinta kasih.
Tantangan lainnya, yang bukan merupajan kewajiban, diharapkan para penulis akan merumuskan akrostik, dengan memperhatikan unsur-unsur JIWA dan RAGA puisi.
Jiwa puisi terdiri dari unsur amanat (pesan), imajinasi, emosi, topik bahasan
Raga Puisi terdiri dari keabsahan dan kekuatan kata atau diksi, unsur musikalitas (rima, ritma, metrum), serta unsur stilistika atau gaya bahasa, yang biasanya lebih banyak menggunakan gaya bahasa metaforik, personikfikasi, hiperbola, eufimisme, metonimia, dan lain-lain.
Tiap penulis harus menulis tiga rumpun tema besar, di mana tiap tema dikaitkan dengan cantelan tema yang telah disebutkan di atas.
Contoh-contoh:
1. Tema Flora, themefaq nilai relegi
AKAR
Asal mula dari bawah
Kemudian berkecambah, berbatang, dan berkembang
Atas kuasa dan kehendaknya habitat itu terjadi
Raih prestasi setinggi bintang di langit
2. Tema Fauna, themefaq nilai sosial
IKAN
Indah bentuknya saat berkecipak dalam air
Karakteristik yang menawan, inspirasi bagi kehidupan
Agar manusia belajar karakter dari ikan
Nilai-nilai kemanusiaan harus didahulukan
3. Tema Manusia, themefaq nilai amuor
RAMBUT
Rahasianya terdapat pada sikap adil dan bijak
Aura seseorang akan memancar dan perpendaran
Maka cinta dan kasih akan mengitarinya
Bahagia akan datang tak terhitung
Umpama helaian-helaian di kepala manusia
Tampak indah bila ditata
Sekali lagi, bahwa deskripsi atau narasi kata-kata dalam tiap larik, dapat mengacu pada syariat atau haikat kata yang dijadikan judul akrostik. Lalu cantelan tema, dapat diletakan di awal, di tengah, atau di akhir larik.
C. Resep Menulis Akrostik Tematik Berkait
Paling mudah dalam menulis akrostik, adalah dengan menuliskan dulu hurup-hurup yang membentuk kata, yang dijadikan akrtostik, misalnya kata Rambut.
R
A
M
B
U
T
Ingat selalu, asal jangan mendedahkan kata per perkata, tapi harus langsung direnungkan, dipikirkan, yaitu mencari kata-kata yang dapat mendeskripsikan sesuatu yang dijadikan akrostik. Ingat selalu juga, bahwa puisi Akrostik Tematik Berkait ini punya cantelan tema, yaitu nilai relijius, sosial, dan cinta kasih seperti yang telah dipaparkan di atas.
Selamat berakrostik.
Alhamdulillah dapat ilmu lagi. Saya kemarin membuat akrostik tentang SMP Negeri 1 Cilegon. Berarti keluar dari aturan ya, Pak?
Terima kasih ilmunya.
Oohm.ini baru tahu .latar belakang sejarah dan waktu tempo keberadaan dan cerita tentang Akrostik Terimakasih king atas ilmu pengetahuannya