Garis-Garis Manis Made Kaek

Nama Acara     : Pameran Seni Lukis
Waktu                : 11 – 30 November 2022
Tempat              : The Meeting Room Art Gallery, Thailand
Seniman            : Made Kaek
Judul/Tema       : Creatures Emerge

Oleh Doddi Ahmad Fauji

Saya ingat keponakan yang masih balita, bahkan ngomong saja belum lancar, namun ketika diberikan kuas dan cat tembok, dan diminta ikut mendampingi saya menggambar dalam dinding, ia cepat beraksi. Namun, ia baru mampu menggoreskan garis. Saya tanya, itu apa? Dia jelaskan dengan bahasa terbata-bata, itu kuda. Lalu ia menggaris lagi, dan saya tanya, itu apa? Dia jelaskan, itu kucing. Baik kuda maupun kucing, hanya ada dalam imajinasinya, sebab yang tampak pada dinding, hanya goresan garis sekenanya. Imajinasi anak-anak, bisa jadi lebih kaya dari orang dewasa.

Sketsa-sketa imajinatif seperti coretan hasil anak kecil itulah yang dihasilkan oleh perupa Made Kaek asal Bali, yang ia kirimkan ke saya melalui japrian WA. Ada selusin sketsa ia kirimkan dari Kota Chiang Mai, Thailand, sehari setelah pembukaan pamerannya dihelat. Di kota terbesar kedua Negeri Gajah Putih itu, Kaek menghelat pameran lukisan di The Meeting Room Art Gallery, Thailand, pada 11 – 30 November 2022. Tema besar pameran ini terasa keren, ‘Creatures Emerge’, yang artinya kira-kira Penampakan Mahluk-mahluk.

Selusin sketsa gubahan Kaek itu, tampak seperti hanya sekadar curat-coret garis yang meliuk-liuk, kadang bergulung-gulung, sesekali melingkar, sesekali seperti benang kusut atau rambut awut-awutan, namun darinya terbentuklah sebuah sketsa bersifat abstrak, yang tentu akan sulit jika harus mencari-cari bentuk apa sebenarnya sketsa itu. Seperti goresan hasil keponakan saya, yang digariskan sekenanya tanpa aturan, sebab yang dihasilkan adalah sekumpulan garis, namun dalam imajinasi ‘childish’, satu garis bisa melahirkan gambaran tertentu.

Bermula dari terbentuknya titik ketika alat lukis dibesutkan pada kertas atau kanvas, akan tercipta garis bila alat lukis itu ditarik. Garis akan membentuk bidang, dan bidang akan membentuk ruang, dan pada ruang itu, jika terjadi perbedaan warna tiap bidang, maka akan tercipta cahaya. Cahayalah yang menyebabkan waktu bisa ada atau diadakan. Dalam sketsa-sketsa Made Kaek, terasa ada ruang dan waktu berkelebatan, yang sulit ditangkap dengan utuh, sebab namanya juga sketsa.

Perbedaan warna secara gradual pada tiap garis, yang dihasilkan dari tekanan berbeda saat menggoreskan charcoal (pensil arang), seperti timbul tenggelam atau gradasi warna pinsil arang yang dibentangkan Kaek, memang hendak menggambarkan sebuah objek tertentu, yang barangkali baru akan paham bila ditanyakan kepada Kaek, apakah goresan garis itu hendak merepresentasikan benda tertentu, atau semata murni abstraks?

Meskipun hanya goresan garis-garis seperti benang kusut atau seperti rambut awut-awutan, namun ada terasa sesuatu yang bisa menegaskan, bahwa goresan garis itu terasa indah, estetik, nyeni, dan memancarkan aura hidup yang bersifat floating (mengalir), bagaikan tarian awan atau aliran air di kali yang tenang. Sesekali air itu memasuki kawasan kali yang menyempit, hingga arus air jadi beriak, dan sesekali air itu terjun dari ketinggian. Nuansa alam pada goresan garis sketsa Kaek, terasa meneduhkan bagi saya yang mengalami hidup di udik, yang dilingkung oleh gunung dan bukit, sungai Cipunagara, serta ‘cai nyusu’ (mata air) jenrih dan menyejukkan di Cimincul, nun di Kampung Pasanggarahan, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Sketsa-sketsa Kaek, layak untuk menghuni dinding di ruangan tempat saya bekerja, karena akan melahirkan imajinasi dan inspirasi, yang dapat menjadi obat saat suntuk. Salah satu kebermaknaan karya seni, terdapat pada imajinasi dan inspirasi yang diuarkannya. Salah lainnya, tentu banyak manfaat karya seni.

Selusin sketsa itu tidak ikut dipamerkan, karena juga baru dikerjakan di Chiang Mai, dan bila melihat titimangsanya, tampak dikerjakan di sela-sela persiapan pameran, yaitu tanggal 6 – 12 November 2022. Salah satu pekerjaan romantik yang dirindukan para seniman, adalah bisa berkarya di daerah atau kawasan yang dikunjunginya, apakah baru dikunjungi atau untuk yang kesekian kalinya. Pelukis akan membuat sketa atau lukisan, penyair akan berpuisi, musisi akan mencipta nada dan irama, mungkin penari akan mereka-reka gagasan dalam tubuhnya untuk dijadikan koreografi. Saya jadi ingin ke Chiang Mai, untuk menulis puisi, karena kota yang didirikan oleh Raja Mengrai pada tahun 1296 itu, pastinya menyimpan banyak artefak sejarah dan kenangan. Dari sejarah dan kenangan manusia bisa belajar, makanya dalam semua Kitab Suci, peristiwa masa lalu dan orang-orang yang menjadi pelakonnya, diberitakan dengan memakan porsi yang banyak.

Begitulah kelebatan-kelebatan yang saya tangkap dari sketsa Made Kaek. Lain sketa, tentu lain pula dengan lukisannya. Sesuai dengan tema pameran, Creatures Emerge, lukisan Kaek tampak menghadirkan mahluk-mahluk yang diyakini ada dalam keseharian namun berbeda dimensi dengan manusia. Ia bisa disebut ‘memedi’ atau ‘ririwa’, atau apalah namanya, yang jelas di tiap daerah selalu ada mahluk-mahluk halus, dan bahkan dalam Kitab Suci juga disebutkan adanya mahluk-mahluk tak nampak yang bisa disebut jin, setan, atau bintang-binatang tak dapat indra dengan wadag macam virus, bakteri, kuman, dll.

Saya harus meyakini yén Virus Corona itu ada dan berdampak besar, yang melahirkan pandemi sejak akhir 2019, dan masuk ke Indonesia pada awal 2020, dan sampai sekarang pun masih kerap terjadi pemaparan hingga wafat warga Indonesia oleh virus corona. Untuk dapat melihat corona, harus menggunakan mikroskop 26.000 kali lipat pembesaran. Sungguh betap halus atau kecil itu mahluk. Saya punya imajinasi, virus corona bisa pergi bila diusir oleh asap dupa atau kemenyan. Obat nyamuk juga pada dasarnya adalah kemenyan, karena diproduksi dengan menggunakan bahan utama getah pohonan, yang bisa menghasilkan karomah untuk mengusir insketisida sekelas nyamuk. Jika orang Bali gemar membakar dupa, bisa jadi mereka sedang mengusir ‘lelembut’ yang taka nampak. Corona itu bisa jadi adalah ‘jurig’, atau memedi, tapi bisa jadi jin. Sangat mungkin ke depan, manusia bisa melihat jin dengan menggunakan alat tertentu.

Gambaran jurig atau mahluk halus itu, diwujudkan oleh Kaek melalui imajinasi mimetik dari binatang-binatang yang nampak dalam keseharian, sehingga pada beberapa lukisannya, terlihat ada semacam binatang bertanduk, binatang yang pada moncongnya punya taring, atau binatang yang memiliki kaki menyerupai kudanil, badak, gajah, mammot, dan mahluk-mahluk imajinatif lainnya.

Namun, meskipun objek yang dihadirkannya berupa mahluk-mahluk yang disebut di atas, tapi tampak tidak menakutkan, sebab dilukis dengan gaya childish (kekanak-kanakan) yang full of colour. Warna-warna elementer seperti kuning, merah, biru, hitam pekat, dikombinasikan dengan warna-warna komplementer yang sangat akrilik, skotlait, glossy, menyala, sehingga membentuk citra seni yang menggugah mata. Saat ngantuk, melihat lukisan tersebut bisa sedikit terusir. Maka, menyimak lukisan Made Kaek yang dipamerkan di Thailand itu, akan tepat bila sambil menyeruput Tea Thai yang banyak dijual bahkan dalam roda di pinggir jalan, saking terkenalnya itu teh dari Negeri Gajah Putih. *

3 komentar pada “Garis-Garis Manis Made Kaek

  • November 18, 2022 pada 2:04 am
    Permalink

    Karya sang maestro selalu indah.
    Kalau saya yang menggambar seperti itu, belum tentu diakui, ya, King DAF

    Balas
  • November 18, 2022 pada 7:42 am
    Permalink

    Bagi saya sendiri yang awan bahasa lukisan lebih banyak kurang pahamnya dengan guratan -guratan yang tampak. Tapi sangat mengapresiasi, itulah sebuah hasil karya yang lahir dari nurani terdalam.

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *