Hiburan Sahur yang Mengesankan

Hai, sobat jurdik.id.

Tak terasa kita sudah memasuki hari keenambelas puasa di Bulan Ramadan 1444 H. Mudah-mudahan kita diberi kesehatan, semangat, dan keikhlasan saat menjalaninya.

Tetapi celakanya, lama kelamaan, saya pribadi semakin malas bangun. Meski ada alarm, terkadang saya matikan, karena masih ngantuk. Hehehe.

Nah, teringat saat tinggal di perumahan BRP, ada seorang Bapak tua yang suka membangunkan sahur secara rutin setiap malam.

Dia biasa berkeliling dari pukul dua pagi, sendirian, tanpa alas kaki. Dia membunyikan sederet bilah bambu, mirip dengan angklung, yang dimainkan dengan cara dipukul dengan bilah bambu kecil.

Dia memainkannya secara profesional, sehingga menghasilkan bunyi yang begitu menarik dan syahdu.

Jika mendengar si Bapak penabuh bambu melintas, sontak saya terbangun, dan memasang telinga dengan saksama.

Ada kebiasaan unik di gang tempat saya tinggal saat itu. Tetangga di sekitar, dengan sukarela suka memberi makanan atau uang alakadarnya buat si Bapak tersebut. Bahkan, anak saya yang saat itu masih pada duduk di SD, akan segera bangun, dan menunggu si Bapak itu melintas.

Jika ada rezeki, maka mereka akan memanggilnya, dan berebut untuk memberikan bingkisan atau pun uang bagi Bapak tua tersebut dengan riang.

Saat itu paksu pernah bertanya, tentang asal muasal si Bapak. Ternyata si Bapak tersebut adalah penduduk asli di sekitar perumahan kami, dari Gang Patani, yang hidup sebatangkara.

Duh, trenyuh sekali mendengar kisahnya.

Dia dengan senang hati, akan mempertontonkan cara menabuh deretan bambu itu di depan anak-anakku, yang merasa penasaran dengan bunyinya yang begitu syahdu.

Alhasil, kami, dan para tetangga satu gang tersebut, pada keluar serta menonton atraksinya. Suasana pagi menjelang sahur pun menjadi hangat, dan ramai.

Sayang sekali file fotonya hilang, sehingga kami tidak bisa menampilkannya di sini

Itulah hiburan saat sahur yang tidak biasa, dan sangat berkesan dari kami. Hal yang tak kami jumpai di perumahan saat ini. Anak-anakku jadi mencintai seni tradisional, serta menjadi terbiasa berbagi.

Mudah-mudahan Bapak tua itu diberi umur panjang, agar tetap bisa membangunkan warga perumahan dengan musiknya yang indah dan syahdu.

Aamiin Ya Rabbal Alamin

(Artikel telah tayang di Kompasiana)

neni.hendriati@gmail.com

Neni Hendriati adalah guru di SDN 4 Sukamanah. Buku yang pernah diterbitkan bersama dua saudaranya, yaitu Teh Teti dan Pipit, berupa antologi puisi berjudul "Merenda Harap"(2018). Bersama KPPJB, penulis menerbitkan Antologi Cerpen "Jasmine"(2021), "We are Smart Children"(2022), Antologi Senryu dan Haiku "Alam dan Manusia dalam Kata"(2022), "Berkarya Tanpa Batas Antologi Artikel Akhir Tahun"(2022) , Buku Tunggal "Cici Dede Anak Gaul" (2022) dan "Aku dan Chairil"(2023)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *