Risalah Waktu
“Oleh Muhammad Rifqy Nur Fauzan | Mahasiswa Universitas Indraprasta PGRI, dan Pekerja Ojek Online”
Setiap yang berjubah wujud materi, berwaktu. Setiap yang berwaktu, mengalir. Setiap yang mengalir, berlalu. Setiap yang berlalu, ada masa-masa adanya, ada masa meniadanya. Setiap masa ada wujud materinya, setiap wujud materi ada masanya.
Wujud diri dan semua yang semateri dengan diri, cepat berlalunya, cepat habis masa aktifnya. Yang manusia duga tahunan, hanya, bulanan. Bulan, hanya mingguan. Minggu, hanya harian. Hari, hanya hitungan jam. Jam, hanya menitan. Menit, hanya detik demi detik.
Telah banyak detik yang berlalu dari wujud diri, tak akan kembali lagi. Yang tersisa hanya saat ini, detik ini, ditambah dengan detik-detik yang mungkin akan datang menyapa, namun hadirnya tak pasti. Maut datang kapan saja, tanpa permisi, tak butuh reservasi.
Hidup adalah pagi yang bisa tetiba malam, tanpa harus lalui siang dan menanti senja. Ini bukan soal hari manusia yang pasti malam. Ini soal pagi manusia yang bila tak cukup cahaya, malam manusia akan gulita.
Semua ada masanya. Semua masa ada fungsinya. Masih bermasa, masih berfungsi. Habis masa, habis fungsi. Wujud Anda dan semua materi yang ada di sekitar Anda, selagi masih ada masanya, manfaatkan fungsinya. Masa adalah sungai, berlalu. Berlalu adalah usai. Usai adalah hilang fungsi, tanpa bisa reaktivasi
Kemarin masih ada kitten yang mungkin bikin jengkel, kini ia tiada. Jasadnya dikebumikan, terurai. Momentum Anda tuk menyempurnakan jiwa melalui interaksi dengannya, telah berlalu.
Kemarin masih ada secangkir kopi. Kini, kopi itu telah meniada. Jika masih ada kopi hari ini, itu kopi lain yang juga akan segera menyusul kopi kemarin, berlalu. Artinya, momentum kebersamaan dengan kopi kemarin telah usai. Kebersamaan dengan kopi hari ini, juga akan segera usai. Manfaatkan.
Kemarin masih ada hari kemarin. Kini, yang ada adalah hari ini. Hari ini akan segera bernasib sama seperti hari kemarin, berlalu. Momentum menyempurnakan diri di hari kemarin telah habis. Manfaatkan momentum hari ini sebelum usai, sedang hari esok adalah tak pasti.
Momentum adalah barang berharga yang berada di atas sungai, cepat berlalunya. Waktu yang tersisa hanya sedetik ini. Detik ini akan berlalu sedetik kemudian.
Berlalunya detik ini, berarti habisnya momentum detik ini. Detik yang selesai tanpa berbuah perfeksi, adalah detik yang berlalu sia-sia. Detik yang berlalu sia-sia adalah momentum yang dilepas begitu saja, tanpa dimanfaatkan.
Bukankah telah diriwayatkan, bahwa akan tiba masa memuncaknya hasrat bersedekah, namun tidak lagi ada hasrat untuk menerima sedekah. Seseorang amat ingin menolong, tapi tak ada yang ingin menerima pertolongan dia.
Bukankah telah disumpahkan atas nama masa dalam firman-Nya, bahwa semua manusia akan merugi kecuali mereka yang memanfaatkan waktu dalam gerak harmonisasi; iman, amal sholeh, saling bantu dalam kebenaran dan taqwa.
Bukankah telah disabdakan oleh manusia suci bahwa, “Tanyalah aku, sebelum kalian kehilangan aku”.
Haruskah kesedihan dan penyesalan diiramakan dalam kidung, “kalau sudah tiada, baru terasa. Bahwa kehadirannya sungguh berharga”.